Menjadi Umat Muhammad

images-cr: thepatria.wordpress.com
Alhamdulillah, sebuah nikmat besar saat sore hingga malam tadi berkesempatan hadir daam sebuah sajian ilmu di Masjid Al-Fajr, Cijagra, Bandung. Kajian Muda Bandung yang kali ini menghadirkan Ust. Salim A. Fillah, seorang penulis muda dengan kedalaman ilmu dan tulisan-tulisan yang indah dan mudah dicerna, mempunyai majelis ilmu pekanan bernama Majelis Jejak Nabi di Jogjakarta. Kajian ini mengusung tema, “Apakah Kita Umat Muhammad?”, sebuah tanya yang selalu menjadi renungan kita.
Di awal, Ust. Salim berkata bahwa tema yang diusulkannya adalah “Menjadi Umat Muhammad”, namun beliau tak terlalu mempermasalahkan pergantian tema ini. Lalu beliau pun mengisi majelis ini…

Suatu ketika Rasulullah sedang berkumpul dengan para sahabat, lalu Rasulullah berkata, “Sesungguhnya aku rindu dengan ikhwan-ikhwanku.” Lantas para sahabat berkata, “Kami di sini ya Rasulullah.” Maka Rasul pun berkata, “Tidak, sesungguhnya kalian adalah sahabat-sahabatku.” “Lantas siapa ikhwan-ikhwanmu ya Rasul?”
“Mereka adalah orang-orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah ebrtemu denganku. Membenarkan apa yang aku bawa, dan menempuh jalan yang aku tempuh/”
***
Dalam kisah di atas disebutkan, “menempuh jalan yang aku tempuh.” Maka menjadi umat Muhammad kita akan menempuh jalan yang beliau tempuh. Menempuh jalan yang rasulullah tempuh sebagaimana tertulsi di Alquran, Surah Yusuf ayat 108,

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
Surah Yusuf yang menceritakan kisah Nabi Yusuf alaihissalam  merupakan kisah paling baik (Q.S. Yusuf: 3). Rasulullah menceritakan kisah ini kepada para sahabat sebagai sebuah hikmah. Namun, hidup tak cukup dengan hikmah, tapi juga harus dengan misi. Jika kita umat Muhammad maka hidup kita terikat oleh misi.

Kembali ke surah Yusuf ayat 108, bahwa ada enam prinsip pokok seorang Muslim, seorang yang ingin menjadi umat Muhammad, enam prinsip yang dibagi menjadi tiga bagian, dua pernyataan, dua metode, dan dua peringatan.

1. Inilah Jalanku
Bahwa menjadi umat Muhammad maka mengikuti jalannya, dan ada tiga karakteristik jalan Rasulullah:
- Jalan perjuangan yang panjang.
Rasulullah ketika sampai 11 tahun berdakwah di Mekkah, mengeluh karena pengiktunya tak nambah-nambah, maka Allah turunkan surah Nuh yang mengisahkan dakwah Nabi Nuh alaihissalam, yang menurut riwayat beliau diangkat menjadi Nabi pada umur 450 tahun dan mengakhiri kenabiannya pada usia 950 tahun Maka jalan Rasulullah ini adalah jalan yang panjang.
- Hanya seidkit yang mau menempuhnya, maka ini menjadi istimewa.
- Banyak masalahnya, banyak cobannya, banyak rintangannya.

2. Menyeru kepada Allah (Ad’u ilaLlah)
Umat Muhammad ini berbeda dengan umat-umat sebelumnya, bahkan di akhirat nanti, tak bisa umat lain masuk Surga sebelum umat Muhammad selesai urusannya untuk masuk Surga. Beda umat Muhammad dengan umat-umat sebelumnya ialah bahwa umat Muhammad memakai selendang para Nabi dan Rasul. Jika umat lain yang diperintahkan untuk menyeru kepada Allah hanya Nabi dan Rasulnya saja, maka umat Muhammad seluruhnya diperintahkan untuk menyeru kepada Allah, untuk menjadi umat terbaik maka menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar (Q.S. Ali Imran [3]: 110). Namun memang selendang-selendang ini berbeda, ada yang tipis –setipis sehelai rambut- karena hanya sekali ia menyeru pada Allah, ada pula yang layaknya selendang biasa, namun ada pula yang diberikan padanya jubah yang amat panjang karena begitu seringnya menyeru pada Allah.
Ada semangat membawa orang kepada kebaikan. Dalam Alquran dikisahkan tentang semut yang memerintahkan semut-semut lainnya untuk bersembunyi agar tak terinjak pasukan Nabi Sulaiman meskipun mereka tidak menyadarinya, maka semut ini –yang bahkan jika mati pun urusannya selesai, tak ada ia akan dihisab amalannya- Allah puji. Burung Hud-Hud yang memberitakan kepada Nabi Sulaiman tentang negeri Saba yang menyembah matahari, ia berdakwah meski hanya memberi tahu pada Nabi Sulaiman tentang negeri tersebut.
Lalu seorang tukang kayu bernama Habib An-Najjar sebagaimana yang dikisahkan di surah Yasin, ia mengajak kaumnya untuk mengikuti utusan-utusan Allah (Q.S. Yasin [36]: 20-25). Semangat dakwah Habib An-Najjar terus menyala bahkan hingga ia wafat. Dikisahkan di dua ayat berikutnya bahwa setelah ia wafat malaikat memberitahunya bahwa Allah mengampuninya dan memasukkannya ke dalam Surga. Lalu ia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampunan kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” Maka setelah ia wafatpun, ia ingin kembali ke dunia untuk mengatakan penyebab ia diampuni, dimasukkan ke surga dan dimuliakan. Inilah semangat membawa orang pada kebaikan.
Maka semua potensi bisa jadi dakwah, semua didayagunakan untuk menyeru pada jalan Allah. Suatu saat Ust. Salim berkata kepada anak-anak di pegaiannya bahwa kalian adalah dai dan bisa berdakwah, mereka melongo dan berkata bahwa ayat pun tak hapal, lantas bagaimana mereka berdakwah? Maka Ust. Salim berkata bahwa Anda yang suka ngebut, bisa menjadi dakwah dengan menjemput Ustadz dengan cepat dan tepat waktu. Anda yang suka makan, bisa menjadi referensi untuk konsumsi. Anda yang suka jalan-jalan bisa menjadi referensi untuk rihlah. Anda yang suka mancing, pasti kesabarannya tinggi, maka anda cocok ditempatkan sebagai penerima tamu. Semua didayagunakan untuk menyeru kepada jalan Allah.

3. Di atas bukti-bukti yang nyata
Bahwa yang paling asasi dalam iman ita adalah ilmunya. Ilmu yang jauh lebih penting. Mukjizat yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad lestari hingga sekarang: Alquran.
Ada yang mengatakan tentang keajaiban shalat subuh, keajaiban shalat lail, keajaiban sedekah, itu boleh, tapi yang terpenting adalah ilmunya. Tak usah banyak memikrikan keajaiiban-keajaibannya. Faham.
Ada kisah tentang Kiai yang memilki dua murid, yang satu Ali yang satunya lagi sebut saja namanya Deen. Suatu saat Ali yang sudah lama tak berjumpa gurunya itu ingin sekali bertemu. Maka ia berkeliling di kebunnya dan hanya menemukan dua buah singkong. Lalu dibawalah singkong itu kepada gurunya sambil ia bersilaturahim. Sampai di sana, Kiai tersebut kaget atas kedatangan muridnya yang membawa dua singkong, maka ia pun membawa singkong tersebut ke dalam rumah dan berkata pada istrinya, “Ini Ali datang jauh-jauh membawa singkong untuk kita.” Istrinya lalu menyarankan agar dua kambing yang dimiliki untuk diberikan kepada Ali, maka Kiai tadi setuju dan berkata pada Ali, “Ini Ali ada kambing buatmu, tolong kamu bawa kalau kamu pulang nanti.” Maka Ali pun saat pulang membawa dua kambing tersebut hingga sampai di sebuah jalan ia bertemu dengan Deen yang bertanya tentang kambing itu, Ali pun menjawab, “Iya ini tadi aku habis ketemu guru, bawa dua singkong eh dikasih dua kambing.”
Lalu Deen pun berpikir dua singkong dibalas dengan dua kambing, maka ia pun lalu membeli berbagai buah-buahan dan membawanya kepada Kiai tadi. Kiai tadi lalu membawa buah-buahan itu ke dalam rumah dan menceritakannya pada Istrinya, karena bingung akan diberi apa si Deen itu –karena kedua kambing telah diberikan pada Ali-, istrinya menyarankan untuk memberikannya dua singkong yang didapat dari pemberian Ali, maka Kiai tadi setuju dan berkata apda Deen, “Ini ada dua singkong, mohon tidak diliat nilainya.”
Ibrahim alaihissalam pernah berkata kepada Allah tentang menghidupkan yang mati, maka Allah menyuruhnya untuk menyembelih empat burung (yang menangkapnya pun sudah susah), mencincangnya, dan meletakkannya ke puncak empat gunung, lalu menyuruh Nabi Ibrahim ke tempat semula dan memanggil burung-burung tadi, maka dengan segera burung-burung itu akan datang. Mengapa Allah tak langsung menunjukkan kepada Ibrahim sebagaimana yang terjadi dengan keledainya Uzair, yang Allah bangkitkan tulangnya, membungkusnya dengan daging, lalu dengan kulit dan keledai itupun mengembik? Tak lain karena agar paham mengenai ilmunya.
Maka tak usah pusing memikirkan keajaibannya, namun pahamilah ilmunya.

4. Aku dan orang-orang yang bersamaku
Terorganisasi, ada qiyadah wal jundiyah, ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Maka seperti apa yang dikatakan Ali r.a., “Kebaikan yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorgaisir.”
Aku dan orang-orang yang bersamaku, memberi arti bahwa ada ukhuwah di situ. Lantas apakah berukhuwah berarti tanpa masalah? Tidak, karena ayat tentang ukhuwah ini satu dengan ayat tentang masalah,

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S. Al Hujuraat [49]: 10)
Bahkan hubungan Rasulullah dengan para sahabat pun bukannya tanpa masalah.
Bisakah anda bayangkan seorang yang anda sangat cintai berdiri di hadapan anda untuk melindungi orang yang sangat anda benci. Maka inilah yang terjadi antara Rasulullah dengan ‘Utsman ‘ibn ‘Affan saat Fathul Makkah.
Bahwa pada saat Fathul Makkah, seorang Abdullah ibn Abi Sahr, buronan nomor satu yang tak terampunkan, ia sempat masuk Islam dan pernah menuliskah wahyu, kemudian murtad dan kembali ke Mekkah, membocorkan tentang Madinah, dan memprovokasi Perang Ahzab (Khandaq). Ia menunggu hingga semua kaum Muslim memasuki Mekkah, lalu karena tahu ia menjadi buronan nomor satu, ia mencari saudara sesusuannya, yakni ‘Utsman ‘ibn ‘Affan. Maka ia pun meminta tolong pada ‘Utsman untuk memintakan ampun untuknya kepada Rasulullah, "Demi Allah, hai Utsman, aku telah menggandeng tanganmu, maka demi Allah, aku berharap engkau bisa menyelamatkan nyawaku atas nama persaudaraan yang ada diantara kita.”. ‘Utsman seorang yang lembut, pemalu dan gak enakan, dengan berat hati membawa Abdullah ibn Abi Sahr kepada Rasulullah. Dengan sangat berat di hatinya, ia berkata pada Rasulullah agar memohonkan ampunan kepada Abdullah ibn Abi Sahr. Maka Rasulullah diam dalam waktu yang lama, diam dan sangat hening yang sampai apabla ada satu daun yang jatuh pun pasti akan terdengar. Setelah diam cukup lama, maka rasulullah pun mengiyakan sembari memalingkan mukanya. Abdullah ibn Abi Sahr pun pergi keluar, dan setelah itu Rasulullah berkata, “Andaikata.. andaikata..” "Andaikata apa ya Rasulullah?” tanya ‘Umar ibn Khaththab. “Andaikata saat diam tadi ada di antara kalian yang maju dan memenggal kepalanya.” Maka ada yang bertanya, “Mengapa engkau tidak memberi isyarat kepada kami ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya seorang Nabi tak berkhianat meski hanya dengan isyarat.”

5.Maha Suci Allah (Subhanallah)
Dalam dakwah ini jangan sampai melukai nama Allah. Jangan sampai ada di antara kita yang menghina sembahan agama lain lalu mereka berbalik menghina Allah.
Bahkan dalam suatu hal yang baik, tujuan dan caranya baik, jangan sampai hal ini terjadi.
Adalah Mu’adz ibn Jabal yang seringkali shalat bersama Rasulullah dan kembali kepada kaumnya dengan mengimami mereka. Suatu saat kaumnya ini mendatangi Rasulullah dan berkata, “Kami tidak ingin shalat lagi.” Maka Rasul pun terkaget dan bertanya alasannya, maka mereka menjawab, “Sesungguhnya Muadz ibn Jabal saat mengimami kami sangat lama, dan kami tak mau bila shalat seberat ini.” Maka Rasul pun memanggil Muadz dan bertanya mengenai perihal ini, maka Muadz pun menjawab bahwa ia membacakan ayat yang sama seperti yang Rasul baca ketika ia menjadi makmumnya. Dengan tersenyum Rasulullah berkata, “Hai Muadz, sesungguhnya makmumku berbeda dengan makmummu.”

6. Dan tidaklah aku orang yang mempersekutukan Allah
Lho, apa hubungannya tentang dakwah dan mempersekutukan Allah? Ada, bisa sangat dekat.
Janganlah mereduksi ahama pada satu isu saja, janganlah mereduksi agama pada satu hal saja lalu berbangga dengan golongannya.
Maka inilah yang membuat Sakti “Sheila On 7” marah ketika ada sebuah pengajian yang selama enam kali berturut-turut membahas satu isu saja.
Karena Islam itu menyeluruh, komprehensif, maka bawalah dengan menyeluruh.

Maka itulah enam hal pokok seorang Muslim yang disampaikan oleh Salim A. Fillah pada kajian yang sielenggarakan atas kerjasama Askaf Foundation, DKM dan Remaja Masjid Al-Fajr Cijagra, Bandung serta #IndonesiaTanpaJIl Bandung.
Mudah-mudahan menjadi manfaat dan kebaikan untuk kita semua. Mohon maaf atas kekurangannya, dan sangat diharapkan apabila ada dari pembaca yang mengoreksi atau menambahkan, karena tak semua bisa saya catat dan saya ingat.
Sekian. Wa Allahu alam.‘

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas