Khandaq dan Semangat Optimisme

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam sejarah Islam, tercatat ada tiga peperangan besar antara Kaum Muslimin dan Musyrikin yang terjadi sebelum Fathu Makkah atau Penaklukan Makkah, ketiga perang itu adalah Perang Badr, Perang Uhud, dan Perang Khandaq. Perang Badr diakhiri dengan pertolongan Allah, tatkala 300an Kaum Muslimin melawan 1000 lebih pasukan Kafir Quraisy Makkah. Perang Uhud memberikan pelajaran besar bagi Umat Muslim untuk selalu mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Kelalaian para pemanah yang hendak mengambil ghanimah (harta rampasan perang) berakibat fatal, Kaum Muslimin terdesak setelah sebelumnya memegang kendali perang, 70 sahabat menemui syahidnya, Rasulullah terluka bahkan sempat tersiar kabar bahwa Rasulullah gugur yang menggoncangkan kaum Muslimin.




Tapi, lain lagi dengan Perang Khandaq, Khandaq sendiri berarti parit, karena saat itu kaum Muslimin menggali parit mengelilingi hampir seluruh Madinah. Strategi ini berdasarkan usul Salman al-Farisi, salah seorang sahabat yang berasal dari Persia. Perang Khandaq disebut juga Perang Ahzab, yang berarti bersekutu, karena lawan kaum Muslimin saat itu tidak hanya Musyrikin Mekkah, namun juga kaum Yahudi yang berada di sekitar Madinah.

Perang Khandaq ini begitu melelahkan, karena kaum Muslimin dikepung dari berbagai penjuru sehingga parit pun digali. Terkait parit ini, ada beberapa pendapat mengenai lebar dan dalamnya parit, namun yang jelas parit ini digali dengan perhitungan kuda tidak bisa melompatinya dan apabila kuda tersebut terperosok ke dalam parit, kuda itu tidak bisa keluar dari parit. Maka, bisa kita bayangkan, Rasulullah dan Umat Muslim di Madinah harus menggali parit dengan kelebaran dan kedalaman seperti itu ditambah panjangnya yang sekian kilometer.

Pekerjaan melelahkan ini ditambah dengan persediaan makanan yang berkurang makin memperberat keadaan. Kelaparan melanda, para sahabat mengganjal perutnya dengan batu, lebih-lebih Rasulullah, beliau mengganjal perutnya dengan tiga batu dan membuat para sahabat malu. Kondisi sedemikian ini ditambah dengan adanya batu yang menghalangi penggalian parit. Batu ini mungkin tak seberapa besar, namun akibat kelelahan dan kelaparan batu ini sulit dihancurkan. Hingga akhirnya kejadian ini dilaporkan kepada Rasulullah, dan beliau sendiri yang turun tangan.

Maka seperti diceritakan Al-Barra bin ‘Adzib, Rasulullah mengucapkan basmalah lantas mengambil cangkulnya lalu menghantamkannya pada batu itu hingga memercikkan api,
"Allahu Akbar! Aku diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah, aku benar-benar melihat istananya yang bercat merah saat ini." Lalu beliau menghantam bagian batu yang lain, dan kembali bersabda, "Allahu Akbar! Aku diberi tanah Persia. Demi Allah, aku dapat melihat istana Mada'in yang berwarna putih saat ini." Dan ketiga kalinya beliau bersabda, "Allahu Akbar! Aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah, dari tempat ini aku bisa melihat pintu gerbang-pintu gerbang Shan'a!"


Begitulah, Rasulullah membangkitkan semangat umat Muslim di Khandaq. Bagi orang-orang munafiqun apa yang dikatakan Rasulullah ini sangatlah tidak masuk akal, karena saat itu mereka dalam keadaan yang serba berat namun dikatakan akan menaklukkan berbagai negeri adidaya pada saat itu. Tapi, bagi mereka yang benar-benar beriman, apa yang dikatakan Rasulullah ini adalah suatu oase penyegar di tengah kekeringan Khandaq. Mereka dijanjikan Rasulullah bahwa suatu saat akan menaklukkan Romawi, Persia, serta Yaman.

Peristiwa yang terjadi di Perang Khandaq ini kiranya bisa menjadi pelajaran bagi kita, bahwa semangat optimisme harus ada dalam setiap hati orang yang beriman. Bahwa sesulit apapun kondisinya pasti akan ada pertolongan dari Allah. Semangat optimisme ini pula yang seharusnya bisa menyemangati dan menyakinkan umat Islam saat ini untuk bersatu dan bangkit bersama-sama. Umat Islam kini yang seolah tercerai-berai, tersekat dalam berbagai kelompok masing-masing. Bila pada Khandaq kaum Muslimin lelah karena tekanan fisik, kini kaum Muslimin lelah akibat tak bersatu. Bayangkanlah bila umat ini bersatu, bila dulu Rasulullah berkata Romawi, Persia, dan Yaman akan ditaklukkan (dan begitulah memang kejadiannya), maka pada zaman ini umat Islam seharusnya bisa menaklukkan negeri adidaya semacam Amerika, Rusia, atau Tiongkok.


Semangat optimisme, ini yang harus dimiliki umat Islam. Dimulai dari langkah-langkah kecil, dakwah jangka pendek, jangka panjang hingga Islam semakin tersebar dan kemudian umat ini bersatu dan bergerak bersama-sama bukan berkelompok-kelompok. Maka pada kondisi saat itulah tidak mustahil umat Islam kembali pada kejayaannya.

Wallahu ‘alam bi showab.

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas